KEMAMPUAN MEMBACA
TEKS WACANA PENDEK
MELALUI MEMBACA
DALAM HATI
PADA SISWA KELAS V
SDN 2 JEMBATAN KEMBAR
KECAMATAN LEMBAR TAHUN PELAJARAN
2012/2013
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Dengan
bahasa, kita dapat berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa
batas. Kita dapat mengutarakan keinginan kepada orang lain sehingga orang lain
itu dapat mengetahui keinginan kita. Kita dapat menjelaskan ide, pikiran,
gagasan kepada orang lain sehingga orang lain memahami penjelasan kita.
Demikianlah kita dapat saling mencurahkan perasaan, dapat saling memahami
pikiran dan gagasan, bahkan kita dapat menciptakan sebuah dunia yang tidak
nyata (khayalan) dengan alat yang hanya dimiliki oleh manusia , yaitu bahasa.
Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak
teratur menyulitkan pembaca atau pendengar untuk dapat memahaminya. Ketepatan
dan keteraturan dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu kebahasaan. Di samping itu,
tentu saja keteraturan berbahasa itu mengandaikan adanya suatu aturan (kaidah)
bahasa yang baku
yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan keilmuan yang tepat.
Bertitik tolak dari yang diutarakan di atas, maka
untuk mengejar kekurangan dalam pengetahuan berbahasa, khususnya bahasa
Indonesia tentu
saja para guru senantiasa dituntut menjadikan siswanya menjadi manusia
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan bahasa yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar pula. Jika hal ini
dapat tercapai maka para siswa kita tidak akan diragukan lagi keterampilan
berbahasanya, seperti yang dikatakan oleh Asfandi bahwa Keterampilan berbahasa
Indonesia di kalangan tamatan sekolah dasar sampai sekolah lanjutan, ternyata
belum memenuhi syarat minimum bagi penggunaan bahasa Indonesia, baik untuk
kepentingan komunikasi umum di dalam masyarakat (Asfandi, 1983: 28).
Dari fenomena dan kenyataan seperti disebutkan di
atas, maka penulis merasa tertarik untuk memilih judul penelitian tentang
Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui Membaca Dalam Hati pada Siswa
Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
Kemampuan membaca dalam hati sangat bermanfaat bagi
siswa selama mereka belajar di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga membaca
bukan saja pada waktu siswa masih bersekolah saja, akan tetapi membaca akan
dapat berlanjut sesuai dengan prinsip pendidikan berlangsung seumur hidup.
Kemampuan membaca dalam hati sangat diperlukan dan
sangat besar kegunaannya, tidak saja dalam mata pelajaran bahasa Indonesia,
tetapi juga meliputi semua mata pelajaran, terutama yang diajarkan di sekolah.
Dengan memiliki kemampuan ini para siswa akan dapat berbahasa dengan baik dan
benar.
Adanya keseragaman pemahaman membaca dalam hati pada
pelajaran bahasa Indonesia akan membawa rasa persatuan dan kesatuan melalui
bahasa. Kita tentu menginginkan dari setiap siswa Sekolah Dasar mempunyai
kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dan menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga fungsi bahasa sebagai bahasa persatuan dan
kesatuan serta kebangsaan tetap berlangung dan terpelihara.
Untuk menjadikan siswa Sekolah Dasar terampil berbahasa
Indonesia maka salah satu upaya yang mesti dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan penerapan membaca dalam hati untuk memahami isi wacana yang dibaca,
sehingga harapan tersebut dapat terpenuhi, terutama menjadikan siswa terampil
berbahasa lisan dan tulisan.
Dari beberapa konsep yang penulis kemukakan di atas,
ada beberapa faktor yang ikut melatarbelakangi penelitian ini, yaitu.
1.
Menurunnya minat siswa dalam membaca buku-buku yang
mengandung pengetahuan.
2.
Belum dicapainya mutu pendidikan yang diinginkan sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran bahasa Indonesia kelas V SDN
2 Jembatan Kembar Kec. Lembar tahun pelajaran 2011/2012.
3.
Tidak puasnya masyarakat dengan mutu dan kemampuan
lulusan. Ini berarti bahwa mutu dan kemampuan yang dimiliki para lulusan
Sekolah Dasar tidak selaras dengan tuntutan masyarakat. (Sumarsono, Tanpa
Tahun: 9)
Bertolak dari faktor-faktor di atas, maka peneliti
memilih lokasi penelitian pada SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar
Kabupaten Lombok Barat. Peneliti mengarahkan perhatian di lokasi tersebut,
karena di sekolah tersebut terdapat perhatian Kepala Sekolah dan guru-gurunya
untuk membina dan menerapkan pada siswanya untuk dapat membaca intensif dengan
baik dalam memahami wacana pendek dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis
Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui Membaca Dalam Hati pada
Siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengajukan
rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimanakah kemampuan membaca teks wacana
pendek melalui membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN 2 Jembatan Kembar,
Kecamatan Lembar tahun pelajaran 2012/2013?
3. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan teks wacana pendek melalui membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN
2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar tahun pelajaran 2012/2013.
4. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah.
a.
Bermanfaat bagi pengajaran membaca teks wacana pendek melalui
membaca dalam hati pada siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar.
b.
Menjadi bahan masukan dan acuan bagi para guru bahasa
Indonesia terutama yang mengajar di Kelas V Sekolah Dasar terutama dalam
mengajarkan materi membaca dalam hati.
5. Landasan
Teori
Kemampuan artinya memberi respon
yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibacanya (bacaan).
Sedangkan kata membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan
tujuan ingin mengetahui isinya (Poerwadarminta, 1976: 71).
Membaca dalam
hati ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara yang
bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu
sendiri sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya (Depdikbud, 1983: 87).
Tarigan mengungkapkan membaca adalah
proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seseorang melalui tulisan .
Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, yaitu faktor dalam (intern) pembaca dan faktor luar (ekstern)
pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain tuntutan
kebutuhan pembaca, adanya rasa persaingan antara sesama. Sedangkan faktor yang
berasal dari luar pembaca meliputi tersedianya waktu, tersedianya semua yang
diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan dari luar (misalnya dari guru).
Keterampilan membaca di Sekolah Dasar merupakan dasar atau landasan untuk
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seandainya dasar tersebut kurang kuat,
niscaya pengaruhnya cukup besar dan sangat terasa baik bagi para siswa atau
oleh para guru (1968: 21).
Istilah wacana di dalam kamus bahasa
Inggris Webster’s New Twentieth Century
Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal
dari bahasa latin discursus yang
berarti ‘lari kian kemari’ (yang diturunkan dari dis- ‘dari’ atau ‘dalam arah
yang berbeda’, dan currere ‘lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa
wacana dapat berarti.
- Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
- Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
- Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.
5.1 Jenis-jenis
Membaca
Menurut Tarigan jenis-jenis
membaca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca secara bersuara (membaca
nyaring; oral reading), dan membaca
dalam hati (silent reading). Membaca
dalam hati dapat pula dibagi atas: (1) Membaca ekstensif, dan (2) Membaca intensif.
Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup atas: membaca survei (survei reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (sufervicial reading).
Kemudian membaca intensif dapat dibagi atas: membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comperhensiv reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas) (1987: 12).
5.1.1 Membaca Nyaring
Membaca
nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru,
murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, fikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Pada
membaca dalam hati (silent reading)
yang aktif adalah mata (pandangan; penglihatan), dan ingatan. Sedangkan membaca
nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran), dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita)
(Moulton dalam Tarigan, 1987: 15).
5.1.2 Membaca dalam Hati
Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh
informasi. Setelah meninggalkan sekolah mayoritas pelajar akan sedikit sekali
membaca bersuara, membaca nyaring, tetapi membaca dalam hati. Dalam garis
besarnya membaca dalam hati dapat dibagi atas dua bagian.
- Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara
luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
- Membaca intensif.
Membaca intensif (intensif reading) adalah studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira dua sampe empat halaman (Brooks dalam Tarigan, 1987: 35).
5.1.3 Membaca Telaah Isi
Setelah kita menemukan bahan atau hal
yang menarik hati untuk dibaca secara sekilas, maka biasanya kita ingin
mengetahui serta menelaah isinya secara mendalam, kita ingin membacanya dengan
teliti. Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketellitian, pemahaman, kekritisan
berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam buku bacaan.
Membaca telaah isi dapat dibagi
atas.
- Membaca Teliti
Sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka
seringkali kita perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang kita sukai. Jenis
membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang
menyeluruh.
- Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami: (1) standar-standar atau norma-norma
kesastraan, (2) Resensi kritis (critical
review), (3) Drama tulis, dan (4) Pola-pola piksi (Tarigan, 1987: 57).
Pelajaran membaca di Sekolah Dasar
ada beberapa jenis, yaitu.
1. Membaca Teknik
Membaca teknik adalah
suatu jenis membaca bersuara yang harus di miliki oleh anak-anak didik untuk
menguasai keterampilan melafalkan kata yang baku, membaca lgu kalimat dengan
intonasi kalimat, penggalan kata dan kalimat, pengucapan fonem, membaca kalimat
dengan lancar dan tanpa cacat, semuanya dengan benar, baik dan tepat.
2. Membaca Cepat
Membaca cepat atau
membaca dalam hati ialah cara membaca suatu bacaan atau teks dengan tidak
bersuara, walupun tidak bersuara bibirpun tidak boleh bergerak dengan tujuan
menangkap isi bacaan/gagasan yang paling penting.
3. Membaca Intensif.
Membaca intensif
ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara atau jenis membaca
dalam hati yang bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang terkandung di
dalam bacaan itu sendiri sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya.
4. Membaca Indah
Membaca indah adalah
membaca sastra/puisi bersuara dengan segala keindahannya baik suara yang turun
naik, lagu kalimat, maupun gerk mimik yang menyertainya dengan tujuan enak
didengar dan dapat dirasakan serta dihayati sendiri maupun oleh para
pendengarnya.
5. Membaca Kritis
Membaca kritis ialah
salah satu jenis membaca yang tergolong membaca dalam hati, dengan harapan
dapat membuat rangkuman isi bacaan dengan cermat, teliti, dan hati-hati
(Depdikbud, 1983: 87).
5.2
Kemampuan Membaca dalam Hati
Kemampuan membaca dalam hati siswa sangat
ditunjang oleh pengalaman membaca dan pengetahuan dalam menguasai pengetahuan
kebahasaan, seperti kosa kata dan tata bahasa (Pujiati, 1998: 29). Dengan
demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan kaitannya dengan membaca dalam hati adalah
kemampuan merespon secara sadar susunan tertulis yang dihadapinya atau yang
disimulasikan. Respon yang ditampilkan adalah respon yang aktif. Respon aktif
ini berkaitan dengan pengelolaan terhadap tuturan tertulis (Damiati, 1998: 1).
Sesuai dengan pendapat di
atas, Taksonomi S. Bloom dalam teori belajar dapat juga diadaptasikan untuk
keperluan membaca yang berhubungan dengan mampu tidaknya seseorang membaca.
Disarankan
kepada para pembaca agar memperhatikan tiga ranah penting.
a.
Ranah kignitif dalam membaca dapat diartikan sebagai
aktivitas kognitif dalam memahami teks bacaan secara tepat dan kritis.
Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai lkemampuan membaca, atau lebih
khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.
b.
Ranah efektif berhubungan dengan sikap dan minat atau
motivasi siswa untuk membaca : misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca
atau gemar membaca, dan lain-lain.
c.
Ranah prikomotor berkaitan dengan aktifitas fisik siswa
pada saat membaca teknis dan membaca nyaring, tentu berbeda dengan saat
melakukan kegiatan membaca pemahaman (Ahmadi, 1997: 81).
Membaca dalam
hati ialah salah satu jenis membaca yang bermanfaat untuk memahami
gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu sendiri sampai kepada
hal-hal yang sekecil-kecilnya (Depdikbud, 1982 : 79).
Membaca dalam hati merupakan yang terpenting untuk
memperkenalkan anak terhadap dunia baca. Mengingat keterampilan ini tidak
terbentuk begitu saja, maka para pakar psikologi perkembangan menemukan suatu
konsep tentang bagaimana memperkenalkan anak dengan cara yang baik. Dengan
demikian membaca dalam hati sangat terkait dengan kejiwaan anak. Dijelaskan
bahwa ada anak-anak lain, ada pula anak yang memiliki kesiapan mental yang kuat
(Ahmadi, 1997: 20).
Untuk mencapai tahap kemampuan
membaca perlu dimaklumi bahwa membaca merupakan latihan yang sangat komplek yang tergantung pada banyak faktor,
yakni faktor linguistik dan nonlingusitik (Soyoto, 1998: 21). Pertimbangan
faktor nonlingusitik berhubungan dengan metode yang digunakan, kemampuan
membaca juga dapat dilihat dari proses yang berlanjut dan mental. Atau membaca
dari segi nonlingusitik melibatkan respon-respon fisik, fsikologi, intelektual
dan emosional. Sedangkan faktor-faktor
lingusitik berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai hal-hal yang berhubungan
dengan ilmu bahasa seperti penguasaan kosa kata dalam bahasa tertentu, system
gramatikalnya, sehingga ketahapan aspek semantis atau makna kata, frase,
klausa, dan kalimat (Ahmadi, 1997: 22).
Dari beberapa pandangan tentang
kemampuan membaca seperti yang dipaparkan di atas, maka indikator yang dapat
dijadikan sebagai acuan bahwa seseorang atau siswa dapat dikatakan mahir
membaca secara sukses harus memiliki keterampilan untuk memahami hal-hal yang
berkaitan dngan kebahasaan dan isi pesan. Jadi, factor penentu keberhasilan
seseorang alam membaca adalah keterampilan pemahaman terhadap kebahasaan dan
nonkebahasaan yang terdapat dalam materi bacaan baik yang tersurat maupun yang
tersirat (Damiyati, 1998 : 67).
Pendapat yang lebih lengkap
dijelaskan oleh Nunan bahwa keberhasilan membaca ditentukan oleh :
1)
Keterampilan membaca untuk mendapatkan suatu informasi
langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu;
2)
Kemampuan menghubungkan isi teks dengan pengetahuan
latar belakang;
3)
Kemampuan mengidentifikasi tujuan retorika dan
fungsi-fungsi kalimat individual atau bagian tes (Suyoto, 1998 : 63).
Pada hakikatnya, membaca intensif tentu
memiliki indikator yang dijadikan sebagai patokan keberhasilan anak. Membaca
adalah pemahaman atau pengenalan terhadap bunyi-bunyi bahasa dengan tataran
yang sederhana serta kemampuan melafalkan dan menginformasikan kata dan kalimat
sederhana dapat dibaca pada penjabaran materi penjabaran untuk kelas VI Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.
5.3
Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa adalah
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, yaitu menyampaikan pesan dari seorang
kepada orang lain, dari pembicara/penulis kepada pendengar/pembaca.
Membaca yang mengajarkan kemampuan
pemahaman dengan tepat dan cepat tentang berbagai macam wacana, seperti narasi,
persuasi, eksposisi, dan sebagainya.
Menulis/mengarang yang mengajarkan
kemampuan menggunakan bahasa lisan dalam berbagai peristiwa bahasa (Debdikbud,
1992: 104). Kemampuan berbahasa meliputi.
1. Menyimak
Menyimak adalah suatu proses
kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,
serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh yang berbicara melalui ujaran atau bahsa lisan (Tarigan,
1995: 28).
2. Berbicara
Menurut Tarigan (1995: 137)
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahsa lisan. Kaitan
antara pesan dan bahasa lisn sebagai media penyampaian sangat erat.
3. Menulis
Menulis adalah suatu keterampilan
yang dipergunakan sebagai alat komunikasi yang tergambar dalam suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami
serta dapat mempengaruhi maksud dan tujuan bahasa yang dituangkan dalam bentuk
tulisan (Tarigan, 1980: 20).
4. Membaca
Membaca ialah proses pemerolehan
pesan yang disampaikan oleh sesorang penulis melalui tulisan (Tarigan, 1983:
2). Membaca ialah peristiwa penglihatan, penguasaan, penangkapan, dan pemahaman
aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa tulis dengan tepat dan
cermat (Suyitno, 1985: 32).
5.4 Langkah-langkah Membaca dalam Hati
Untuk mempertegas
langkah-langkah pelaksanaan membaca dalam hati di kelas V Sekolah Dasar, maka
perlu dirinci kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu:
- Membicarakan kata-kata (istilah-istilah) yang sulit,
- Membaca dalam hati (pelaksanaan), dan
- Menjawab pertanyaan guru atau menceritakan isi wacana. (Depdikbud, 1976: 109).
Dari
langkah-langkah tersebut, untuk lebih jelasnya akan dibicarakan stu persatu.
5.3.1 Membicarakan dan Menjelaskan Kata-kata yang Sulit.
Untuk
tahap awal kegiatan membaca intenisf, perlu dibicarakan bersama murid wacana/bacaan
yang akan di baca. Dalam kegiatan ini diberikan waktu untuk menanyakan
kata-kata suit dalam bacaan tersebut. Pertanyaan ataupun masalah yang diajukan
murid dijawab dengan sejelas-jelasnya oleh guru, baik dalam ceramah ataupun
dalam bentuk diskusi.
Membicarakan
dan menjelaskan kata-kata yang sulit dalam bacaan maksudnya agar membaca dalam
hati tidak terjadi kesulitan atau hambatan bagi murid di dalam membaca dan
memahami isi wacana/bacaan.
Langkah
pertama inilah yang menentukan kelancaran dan keberhasilan murid dalam
melakasankan tugas yang diberikan guru, untuk membaca dalam hati serta dapat
memahami apa yang dibaca.
Dari
segala yang dipahami, maka murid dapat mengungkapkan kembali, baik dalam
menjawab pertanyaan guru ataupun dalam menceritakan isi bacaan. Dan yang tidak
kalah pentingnya untuk berbahasa ataupun berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
5.3.2 Pelaksanaan Membaca dalam Hati
Setelah
guru bersama murid-murid membicarakan kata-kata yang dianggap sulit oleh murid
maka kepada semua murid di kelas V tersebut diperintahkan dan memperhatikan
suruhan guru terhadap beberapa hal.
- Waktu membaca perhatikan tanda baca agar dapat memahami isi bacaan,
- Memperhatikan waktu yang disediakan oleh guru dalam membaca intensif.
- Murid-murid mulai membaca dengan tanpa suara (membaca dalam hati) dengan penuh perhatian terhadap bacaan yang sedang dibaca, dan proses di dalam hati mereka sesuai dengan tingkat kemampuan mereka masing-masing. Setelah waktu yang disediakan selesai, maka guru memerintahkan supaya buku bacaan ditutup.
Untuk
lebih jelas, karena membaca dalam hati adalah termasuk suatu kegiatan yang
tidak dapat dilihat (abstrak) dan tidak dapat didengar, maka yang dipentingkan
disini ialah cepat atau lambatnya mereka
selesai membaca. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilihat
dari pemahaman murid yang berwujud dalam menjawab pertanyaan guru dan lancar
tidaknya atau bisa tidaknya murid menceritakan kembali isi bacaan, baik garis
besarnya (sinopsis) ataupun secara mendetail (Depdikbud, 1978: 91).
Dari
langkah awal sampai pelaksanaan membaca dalam hati yang telah dijelaskan,
penulis berpedoman dari buku bahasa Indonesia, pedoman guru kelas V, kemudian penjelasan lainnya yang diberikan
oleh guru-guru kelas V dan guru-guru bidang studi bahasa Indonesia di tempat
penelitian, khususnya di SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar .
Jadi,
membaca dalam hati adalah langkah lanjutan dari kegiatan siswa dan guru dalam
membicarakan kata-kata sulit dalam bacaan. Kegiatan membaca dalam hati adalah
kegiatan yang sesungguhnya karena mengaktifkan mata dan perhatian tanpa harus
menggerakkan mulut untuk menyuarakan bacaan (Depdikbud, 1978: 40).
5.3.3 Menjawab Pertanyaan Guru/Menceritakan Isi Wacana
Untuk
mengetahui apakah tugas yang diberikan oleh guru dalam membaca dalam hati, maka
perlu kepada siswa yang telah ditugaskan tersebut menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini sangat penting
dilakukan, sebab membaca dalam hati adalah kegiatan yang tidak bisa dilihat dan
didengar (merupakan hal yang abstrak).
Dengan
dapatnya menjawab dan menceritakan isi bacaan maka siswa itu dapat dikatakan
sudah bisa membaca intensif dengan baik (Depdikbud, 1976: 91). Jadi dengan
menjawab pertanyaan secara singkat atau menceritakan isi bacaan secara
menyeluruh berarti siswa harus sudah mampu memahami isi bacaan yang dibacanya
secara keseluruhan.
2.6 Pengertian Wacana
Istilah wacana di dalam kamus bahasa Inggris
Webster’s New Twentieth Century
Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal
dari bahasa latin discursus yang
berarti ‘lari kian kemari’ (yang diturunkan dari dis- ‘dari’ atau ‘dalam arah
yang berbeda’, dan currere ‘lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa
wacana dapat berarti.
- Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
- Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.
- Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.
Menurut
Sumarlan, ed. (2003: 6) dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana
adlah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan (berupa
percakapan, ceramah, kuliah, khutbah, dsb) maupun secara tertulis (bahasa yang
dipakai dalam tulisan ilmiah, disertasi, surat,
dan sebagainya).
JS
Badudu (2000) sebagaimana dikutip oleh Eriyanto (2001:2) memberikan dua batasan
wacana sebagai berikut: (1) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang
menghubungan preposisi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan,
sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. (2) Wacana
adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau
klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai
awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulisan.
Sumarlan,
ed. (2003: 15) dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang
terdapat pada berbagai batsan wacana, maka secara ringkas dan padat pengertian
waana dapat dirumuskan sebagai satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara
lisan, seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (daris segi
bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari segi struktur bathinnya (dari
segi makna) bersifat koheren, dan terpadu.
Baryadi
(2002: 3) cenderung sependapat dengan pandangan Stubb (1983) dan Mc Houl
(1994), yaitu wacana atau discourse
sebagai istilah lingusitik dimengerti sebagai “satuan lingual (linguistic unit) yang berada di atas
tataran kalimat”. Lebih lanjut Baryadi menyatakan bahwa analisis wacana
mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi
internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagiannya.
2.8 Pembelajaran Membaca dalam
Hati di Sekolah Dasar
1.
Tujuan
Dalam Standar
Isi Bahasa Indonesia, menyangkut pendekatan yang berorientasi pada tujuan
pelajaran membaca dalam hati pada sekolah dasar, ini berarti bahwa setiap guru
harus mengetahui secara jelas tujuan yang harus dicapai oleh murid dalam
menyusun rencana kegiatan belajar mengajar dan bimbingan murid untuk
melaksanakan rencana tersebut.
Sebelum
mengajarkan membaca dalam hati pada murid lebih dahulu guru harus mengetahui
tujuan pengajaran membaca dalam hati berikut ini.
- Dalam buku bahasa Indonsia pedoman guru kelas V dikatakan, bahwa tujuan pengajaran membaca dalam hati ialah untuk mendidik dan membiasakan murid memperhatikan dan mengingat bahan yang dibacanya itu (Dekdikbud, 1982: 41).
- Dalam buku bahasa Indonesia pedoman membaca dan menulis permulaan 2, dikatakan bahwa tujuan pembelajaran membaca dalam hati ialah untuk mendidik murid memperhatikan dan memahami bahan bacaan yang telah dibacanya (Damiyati, 1998: 27).
2. Materi
Untuk
lebih jelasnya tentang membaca dalam hati, maka peneliti perlu mengemukakan
tingkat-tingkat materi pengajaran membaca dalam hati terutama dalam memahami
isinya. Tingkatan tersebut adalah.
a.
Membaca dalam hati untuk memahami isi.
b.
Membaca dalam hati memahami isi wacana terbatas.
c.
Membaca dalam hati memahami isi analisis.
3.
Metode
Metode adalah cara yang dapat digunakan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa (Djazali, 1997: 4). Metode
mengajar yang digunakan guru hendaknya memperhatikan berbagai hal, diantaranya
adalah: materi, banyak siswa dan waktu. Penggunaan metode yang tepat akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dalam analisis kemampuan membaca teks
wacana pendek melalui membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar tahun pelajaran 2012 - 2013, peneliti menggunakan metode diantaranya adalah:
a. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan
kelompok dalam memecahlan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak
sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang
menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnnya diambil suatu kesimpulan yang
dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya (Ahmadi, 2005: 57).
b. Metode Tugas
Metode
tugas adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa
tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau
dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 1990: 34).
Tugas yang diberikan kepada siswa adalah berupa teks bacaan
yang akan dibaca dengan menggunakan metode-metode membaca dalam hati.
Penggunaan metode tugas ini dengan maksud untuk mengetahui kemampuan membaca intensif
pada siswa.
4. Langkah-langkah
Untuk tahap awal kegiatan membaca dalam
hati perlu dibicarakan bersama murid tentang bacaan atau cerita yang akan
dibaca. Pada kegiatan ini diberikan waktu untuk menanyakan kata-kata sulit dalam
bacaan atau cerita tersebut. Pertanyaan ataupun masalah yang diajukan murid
dijawab sejelas-jelasnya oleh guru.
5. Evaluasi
Menurut Nurgiantoro, dalam buku
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(1996: 15), evaluasi yang sering disebut juga penilaian merupakan alat atau
kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam
pembelajaran bahasa, evaluasi dapat dilakukan melalui dua macam cara, yaitu
dengan tes dan non tes.
Baik tes maupun non tes dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa yang dinilai.
Dalam hal ini guru harus dapat menentukan, kapan ia menggunakan tes dan kapan
menggunakan non tes.
6. Metode
Penelitian
6.1 Metode Penentuan
Subjek Penelitian
Menetapkan subjek penelitian sangat penting. Karena subjek
penelitian dianggap sebagai jiwa penelitian, karena bila subjek penelitian
tidak ada tentu saja penelitian tidak akan pernah ada (Atar Semi, 1993: 32A).
Penelitian ini termasuk penelitian populatif yang
disebabkan karena populasinya dalam jumlah relatif sedikit, yaitu kurang dari
100 orang, oleh karena itu semua subjek yang ada akan dijadikan populasi dalam
penelitian (Arikunto, 1998: 104). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis
mengambil metode penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah metode
populasi. Populasi tersebut adalah siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan
Lembar tahun pelajaran 2012 – 2013 sebanyak 20 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel: Data Populasi Siswa SDN 2 Jembatan Kembar, Kec.
Lembar Tahun Pelajaran 2012 – 2013.
NO
|
KELAS
|
JUMLAH POPULASI
|
TOTAL
|
KET
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
VI
|
19
|
19
|
38
|
|
|
JUMLAH
|
19
|
19
|
38
|
|
6.2 Metode Pengumpulan Data
6.2.1 Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk
mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan lokasi penelitian baik
lingkungan sosial intern sekolah, keadaan guru, dan siswa serta
administrasinya. Di samping itu juga sedikit perlu dipaparkan tentang keadaan
lingkungan fisik sekolah yang berhubungan dengan keadaan gedung serta lingkungan
sekitar sekolah. Dan yang lebih utama adalah melakukan observasi terhadap
penerapan membaca dalam hati untuk menentukan metode dan media yang paling
praktis dan efisien penggunaannya.
6.2.2 Metode Tes
Secara global harus dipahami dalam
menilai atau mengevaluasi kemampuan membaca dalam hati tepat sasarannya adalah
aspek pemahaman. Oleh karena itu, alat ukur yang paling tepat digunakan dalam
menilai keterbacaan oleh siswa digunakan tes (Pujiati, 1998: 29). Evaluasi
melalui perantaraan tes inilah yang dianut dalam penelitian ini. Hal ini juga
untuk memastikan tentang metode dan media pengajaran membaca dalam hati dapat
dilihat dari sudut pandang keberhasilan siswa.
6.2.3 Metode Dokumenter
Dokumenter berasal dari kata dokumen
yang artinya brang-barang tertulis. Metode dokumenter yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrif, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).
Dokumen-dokumen yang akan dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah:
- buku daftar hadir siswa
- buku daftar nilai siswa
- Standar isi
- program semester
- rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
- lembaran kerja siswa
Data yang dikumpulkan dengan metode ini akan dikonsentrasikan
pada semester II, hal ini relevan dengan prinsip tes yang digunakan untuk
keterampilan membaca dalam hati, yaitu tes pemahaman kalimat. Tes ini ditujukan
untuk siswa yang belum terbiasa membaca dalam hati. Untuk itu peneliti
merancang tahapan dengan membaca dalam hati yang sesuai dengan tingkatan
kemampuan membaca siswa kelas V Sekolah Dasar, yaitu dengan menggunakan
kalimat-kalimat sederhana.
Sedangkan dari sisi siswa, hal yang
ingin diketahui dengan menggunakan metode ini adalah:
a.
bahan bacaan yang disenangi siswa
b.
kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas membaca dalam
hati.
c.
intensitas membaca dalam hati siswa di rumah.
d.
motivasi orang tua terhadap anaknya
e.
cara guru mengajar yang disenangi siswa
6.2.4 Metode Tugas
Metode tugas adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan suatu
nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau dengan nilai standar yang
ditetapkan (Nurkancana, 1990: 34).
Tugas yang diberikan kepada siswa
adalah berupa teks bacaan yang akan dibaca dengan menggunakan metode-metode
membaca dalam hati. Penggunaan metode tugas ini dengan maksud untuk mengetahui
kemampuan membaca dalam hati pada siswa.
6.3 Metode Analisis Data
Setelah
data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data pada dasarnya
adalah suatu upaya untuk menentukan sejauh mana kebenaran data yang sudah
diteliti di dalam rangka menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif
kuantitaif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1.
Menghitung angka rata-rata atau mean (M)
∑ fX
M=
N
Keterangan :
M = (Mean) nilai rata-rata
∑ = Jumlah nilai
F = Frekwensi
X = Jumlah siswa
N = Nilai siswa
2.
Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus berikut :
SD - F x 2 Fx
N
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
F = Frekwensi
X = Jumlah siswa
Fx = Frekwensi + Jumlah
N = Nilai siswa
3.
Menghitung persentase taraf kemampuan siswa dengan menggunakan rumus.
a.
Taraf kemampuan tertinggi adalah di atas M + 1 SD
b.
Taraf kemampuan sedang di antara M + 1
SD
c.
Taraf kemampuan rendah adalah di bawah M – SD
4. Indek Kemampuan Kelompok
Dalam menganalisis
persentase yang dicapai oleh suatu kelompok scara keseluruhan dinyatakan dengan
nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
M
IPK
= X 100
SMI
Keterangan
:
IPK = Indek
persentase kelompok
M =
Mean atau nilai rata-rata
SMi = Skor
maksimal ideal, skor jika soal dijawab semua
100
= Bilangan tetap
Sedangkan pedoman dalam menghitung indeks kelompok, digunakan
interval penilaian sebagai berikut :
00 – 30 = sangat rendah
31 – 54 = rendah
55 – 74 = normal
75 – 89 = tinggi
90 – 100 = sangat tinggi (Nurkancana, 1983 : 117)
Daftar Pustaka
Abdul M, Asfandi, 1983. Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Dalam
Pembicaraan Bahasa Indonesia. Jakarta
: Penerbit Bina Ilmu
Ali, Muhammad. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung
: Sinar Baru
Arikunto, 1983. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta
Bimo, Walgito, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta,
Yayasan Fak. Psycologi UGM.
Badudu, J. S, 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku, Seri I.
Bandung : Pustaka Prima
Nurkancana, 1983, Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Unesa Press
Suyoto, Pujiatiah, 1998. Evaluasi
Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Keraf, Gorys, 1980. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende
– Plores : Nusa Indah.
Tarigan Henry, Guntur.
1985. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Zuchdi,Damiyati, 1998. Pembelajaean
Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta
: Depdikbud
Nurjanah, dkk, 1989. Membaca di Sekolah Dasar. IKIP
Bandung.
Kemdiknas, 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah.
Jakara : Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
Surachmad, Winarno, 1987, Metode Penelitian. Bandung : Tarsito
Depdikbud, 1982, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Proyek Balai
Penataran Guru Tertulis.
Inspiring.....
BalasHapus